Internasional

Israel Perintahkan Evakuasi Gaza Tengah, Krisis Kelaparan Kian Memburuk

11
×

Israel Perintahkan Evakuasi Gaza Tengah, Krisis Kelaparan Kian Memburuk

Share this article
Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru di wilayah Gaza tengah, khususnya kawasan Deir al-Balah yang selama ini belum tersentuh operasi darat pada Minggu (20/7).
Warga Palestina berkumpul saat membawa pasokan bantuan yang masuk ke Gaza melalui Israel, di tengah krisis kelaparan, di Beit Lahia di Jalur Gaza utara, 20 Juli 2025. (foto: Reuters/Dawoud Abu Alkas)

Sudutkota.id– Militer Israel mengeluarkan perintah evakuasi baru di wilayah Gaza tengah, khususnya kawasan Deir al-Balah yang selama ini belum tersentuh operasi darat pada Minggu (20/07/2025).

Wilayah tersebut kini dipenuhi pengungsi Palestina yang terdesak akibat konflik berkepanjangan, sementara krisis kelaparan kian parah.

Petugas medis melaporkan sedikitnya 30 warga Palestina tewas ketika menunggu bantuan di utara Gaza. Mereka ditembak saat berkumpul di dekat truk bantuan PBB.

“Kami memperingatkan bahwa ratusan orang yang tubuhnya telah membusuk berisiko mengalami kematian mendadak karena kelaparan,” kata Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas.

Militer Israel menyatakan tengah menyelidiki laporan tersebut. Militer juga menjatuhkan selebaran dari udara yang memerintahkan penduduk di beberapa distrik barat daya Deir al-Balah untuk segera mengungsi lebih jauh ke selatan.

“Pasukan Pertahanan Israel terus beroperasi untuk menghancurkan kemampuan musuh dan infrastruktur teroris di wilayah tersebut,” ujar pernyataan resmi militer

Sumber-sumber Israel mengatakan alasan tentara Israel sejauh ini tidak ikut serta adalah karena mereka mencurigai Hamas mungkin menyandera orang-orang di sana. Setidaknya 20 dari 50 sandera yang tersisa di Gaza diyakini masih hidup.

Baca Juga :  Vladimir Putin Resmi Dilantik Menjadi Presiden Rusia Untuk Kelima Kalinya

Langkah ini memicu kekhawatiran keluarga para sandera Israel, yang meyakini kerabat mereka masih ditawan di wilayah tersebut.

“Bisakah seseorang menjamin kepada kami bahwa keputusan ini tidak mengorbankan orang-orang yang kami cintai?” demikian pernyataan keluarga para sandera.

Sementara itu, di tengah tekanan internasional dan negosiasi tidak langsung di Doha, belum ada titik terang terkait rencana gencatan senjata 60 hari maupun kesepakatan penyanderaan antara Israel dan Hamas.

Perang yang dimulai sejak 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas ke Israel telah menewaskan lebih dari 58.000 warga Palestina menurut data otoritas kesehatan setempat. Hampir seluruh penduduk Gaza kini mengungsi dan hidup dalam kondisi kemanusiaan yang memburuk drastis.

Dikutip dari Reuters, otoritas kesehatan juga melaporkan 45 korban jiwa akibat tembakan dan serangan udara di berbagai wilayah Gaza. Di tengah keterbatasan bahan pokok, warga mengaku hanya makan sekali atau bahkan tidak makan sama sekali dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga :  Peringatan PBB Soal Serangan Israel ke Rafah Gaza Dalam Waktu Dekat

“Sebagai seorang ayah, saya bangun pagi untuk mencari makanan, bahkan hanya sepotong roti untuk lima anak saya, tapi selalu gagal,” kata Ziad, seorang perawat.

“Orang-orang yang tidak mati karena bom, akan mati kelaparan. Kami hanya ingin gencatan senjata, bahkan jika hanya dua bulan,” sambungnya.

Sementara itu, UNRWA, badan PBB untuk pengungsi Palestina, mendesak Israel membuka jalur bantuan.

“Otoritas Israel membuat warga sipil di Gaza kelaparan. Di antara mereka ada satu juta anak. Hentikan pengepungan, izinkan kami membawa makanan dan obat-obatan,” tulis UNRWA lewat akun resmi X.

Namun Israel membantah tuduhan memblokir bantuan dan menuduh Hamas mencuri pasokan, tuduhan yang dibantah oleh kelompok tersebut. Sementara itu, kelangkaan makanan terus memicu kekhawatiran akan bencana kelaparan massal di Gaza. (kae) 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *