Sudutkota.id– Penelitian terbaru mengungkap bahwa usia biologis otak dapat menjadi indikator paling kuat untuk memprediksi harapan hidup dan risiko kesehatan di masa depan. Temuan ini berasal dari studi berskala besar yang melibatkan lebih dari 45.000 orang dewasa, di mana para peneliti menganalisis kadar lebih dari 3.000 jenis protein dalam sampel darah.
Para ilmuwan menemukan bahwa banyak protein darah terhubung dengan organ tertentu, termasuk otak. Berdasarkan profil protein tersebut, mereka menghitung usia biologis setiap organ. Ketika usia biologis otak seseorang jauh lebih tua dari usia kronologisnya (usia sesuai tahun lahir), risiko terkena penyakit dan kematian meningkat secara signifikan.
“Otak adalah penjaga umur panjang,” ujar Prof. Tony Wyss-Coray, penulis senior studi yang dipublikasikan di jurnal Nature Medicine.
“Jika otak Anda tua, kemungkinan kematian Anda lebih tinggi. Jika otak Anda muda, kemungkinan Anda akan hidup lebih lama,” sambungnya, seperti dikutip dari BBC Science Focus pada Minggu (13/07).
Penelitian menunjukkan bahwa peserta dengan otak yang secara biologis sangat tua memiliki risiko 12 kali lebih besar terkena Alzheimer dalam waktu 10 tahun dibandingkan dengan mereka yang otaknya masih muda. Selain itu, risiko kematian dari penyebab apa pun meningkat hingga 182 persen dalam periode 15 tahun pada kelompok dengan otak tua, sedangkan otak yang lebih muda dikaitkan dengan penurunan angka kematian sebesar 40 persen.
Wyss-Coray menambahkan bahwa pengukuran usia biologis otak dan organ lain bisa menjadi langkah awal menuju era baru dalam pengobatan pencegahan.
“Idealnya, inilah masa depan kedokteran. Kita harus beralih dari perawatan yang reaktif menjadi pendekatan proaktif yang menjaga kesehatan sebelum penyakit muncul,” jelasnya.
Saat ini, tim peneliti tengah mengembangkan versi komersial dari tes usia biologis ini. Mereka berharap tes ini bisa tersedia dalam dua hingga tiga tahun ke depan, dimulai dengan organ-organ utama seperti otak, jantung, dan sistem imun. (ama)