Sudutkota.id – Dinas Sosial (Dinsos) Pemberdayaan, Perlindungan Perempuan dan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) dan Kota Malang, telah menggelar Summit Autism pada Jumat (5/7/2024).
Kegiatan ini digelar untuk memperkuat penanganan autisme dan meningkatkan kemandirian bagi penyandang difabel.
Sebagai informasi, berdasarkan data Dinsos Kota Malang, memiliki sebanyak 575 orang dengan gangguan sensorik, 661 dengan penyandang difabel intelektual, 1.474 dengan difabel fisik, dan 514 dengan difabel mental
Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito mengatakan, dalam kegiatan Summit Autisme ini difokuskan pentingnya kolaborasi dan berbagi pengalaman antar keluarga yang memiliki anggota difabel untuk mewujudkan inklusifitas dan dukungan bagi warga difabel di Kota Malang.
“Kami ingin speak up dan membiasakan keluarga yang mempunyai saudara atau anak yang berkebutuhan khusus difabel, untuk bisa sharing pengalaman. Karena sharing pengalaman itu untuk penanganannya sangat penting,” ujarnya di sela acara.
Dalam acara Summit Autism, Dinsos Kota Malang mendatangkan narasumber asal Malaysia yakni dr. Lina dan bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) untuk memberikan wawasan tentang penanganan autisme.
“Tentunya dengan mendatangkan narasumber dari Malaysia, bisa memberikan gambaran terkait penanganan difabel khususnya autisme di Kota Malang,” imbuh Donny.
Progam pengembangan kemandirian difabel kata pria yang pernah menjabat Kepala Bagian Humas Pemkot Malang itu menyampaikan, pihaknya telah bekerjasama dengan beberapa Balai Latihan Kerja (BLK) untuk mengadakan berbagai pelatihan. Mulai dari BLK Wonojati, BLK Singosari, SMKN 5 Malang, dan SMK Telkom untuk meningkatkan keterampilan difabel.
“Kami juga merekrut tiga orang penyandang difabel untuk bekerja di Dinsos,” bebernya.
Disamping itu, Dinsos Kota Malang telah memiliki Forum Keluarga Disabilitas (FKD) yang terbentuk di setiap kecamatan di Kota Malang.
Menurutnya, FKD bertujuan untuk menghubungkan warga difabel agar dapat saling menguatkan dan mencari solusi bersama ketika menghadapi kesulitan.
“Yang dikhawatirkan para orang tua atau keluarga penyandang difabel ini adalah saat sang anak beranjak dewasa. Mereka nanti bagaimana terlebih kalau orang tuanya sudah tidak ada,” tuturnya.
Untuk mengatasi hal tersebut, selain berkoordinasi dengan BLK dan beberapa SMK di Kota Malang, Dinsos juga terus menjalin kerjasama dengan UPT-UPT di tingkat provinsi dan pusat.
“Termasuk dengan pemberian bantuan usaha yang diajukan kepada Kemensos melalui UPT Suharso di Solo,” tandas Donny. (Mt)